Tunjukkan Penghambaanmu dengan Sungguh-sungguh

“Jika kamu menghendaki datangnya karunia Allah, maka tunjukkanlah penghambaanmu di waktu membutuhkan dan kekurangan yang menimpa kepadamu. Sesungguhnya sedekah-sedekah itu hanyalah diberikan kepada orang-orang yang fakir.”

Barangsiapa yang dapat mengenali dirinya, maka ia akan dapat mengenali Tuhannnya. Kekuasaan dan kekayaan Tuhan yang tak terbatas hanya bsia didapat oleh orang-orang yang merasakan kemiskinan diri (kehinaan) dan penyadaran total kepada rejeki dan rahmatNya.

Dalam sebuah hadist, berasal dari Hubaib diterangkan bahwa Rosulullah SAW pernah bertutur demikian :

Jaman dahulu tersebutlah seorang raja yang mempunyai seorang tukang (ahli) sihir. Ketika tukang sihir itu sudah tua, ia berkata kepada sang raja,

”Wahai Paduka Raja, kini usiaku sudah tua. Umurku sudah mendekati kematian. Kirimkan kepadaku seorang pemuda, nanti akan kuajari ilmu sihirku, sehingga ia dapat mewarisinya !” kata si tukang sihir.

Raja kemudian menulis surat kepada pemuda di perbatasan. Pemuda itu ternyata mau menerima tawaran untuk berguru ilmu sihir ke istana.

Jadilah sang pemuda berangkat menuju istana. Namun di tengah perjalanan, ia bertemu seorang pendeta. Ia tertarik dan duduk mendengarkan ajaran-ajarannya. Karena asyik mendengarkan ajaran dari pendeta, akhirnya ia terlambat sampai di tempat tukang sihir. Si tukang sihir – gurunya itu – marah dan pemuda itu pun dipukul.

Keesokan harinya, pemuda itu menceritakan nasibnya ketika datang terlambat. Pendeta berkata, ”Jika engkau nanti kembali terlambat dan takut dipukul Tukang Sihr, maka katakanlah bahwa engkau masih disuruh ibumu. Jika engkau terlambat pulang ke rumah, maka katakan kepada ibumu bahwa engkau masih ditahan oleh Tukang Sihir !” demikian pendeta menasehati pemuda itu.

Di tengah perjalanan ia terhenti. Pemuda itu melihat banyak orang yang tidak berani meneruskan perjalanan. Setelah diketahui ternyata ada binatang buas dan besar menghadang jalan. Binatang itulah yang menyebabkan terhentinya orang-orang di sana.

”Saat ini aku ingin mengetahui, mana ajaran yang bermanfaat, apakah dari tukang sihir atau dari pendeta ,” pikirnya dalam hati.

Sambil mengambil batu dan melemparnya, ia berkata dalam hati, ”Ya Tuhan, jika ajaran pendeta lebih Engkau sukai daripada ajaran tukang sihir, maka bunuhlah binatang buas itu agar orang-orang dapat meneruskan perjalanan !”

Pada suatu kesempatan, pemuda itu menemui pendeta dan menceritakan pengalamannya.

”Wahai anak muda, sesungguhnya engkau lebih hebat daripada aku. Pesanku, jika engkau menemui bencana (ujian) maka jangan engkau sebut-sebut namaku!” pinta sang pendeta.

Selang beberapa waktu kemudian pemuda itu mendapat rahmat dari Allah berupa karomah (keistimewaan) yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Ia dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti buta, penyakit kulit, tuli, dan sebagainya.

Alkisah, salah seorang sahabat Raja sedang sakit buta. Orang itu telah berusaha ke mana-mana demi kesembuhannya. Namun tetap saja tak ada yang memberikan perubahan untuk penyakitnya. Sahabat Raja itu mendengar bahwa seorang pemuda mempunyai kemampuan menyembuhkan penyakit. Datanglah ia menemui pemuda yang dimaksudkan.

”Jika engkau dapat menyembuhkan penyakitku, maka aku tak berkeberatan mengumpulkan apa saja untukmu,” kata seseorang sahabat Raja itu.

”Aku tidak dapat menyembuhkan, tetapi Allah jua yang menyembuhkan penyakit manusia. Jika kau percaya kepada Allah, maka aku akan berdoa, dan Allah akan menyembuhkan penyakitmu,” kata pemuda itu.

Orang itu segera percaya dan beriman kepada Allah. Pemuda tersebut kemudian berdoa meminta kesembuhan. Wal hasil penyakit buta seketika sembuh.

Pada kesempatan lain orang tersebut datang ke majelis kerajaan. Raja dan para pejabat istana heran melihat kedatangan orang tersebut. Sebelumnya mereka melihat orang itu buta, namun sekarang sudah bisa melihat seperti orang sehat.

”O, matamu sekarang sudah bisa melihat wahai sahabatku. Dukun manakah yang begitu sakti dan menyembuhkan penyakitmu itu ?” tanya sang Raja penasaran.

Orang itu menjawab, ”Yang menyembuhkan adalah Tuhanku.”

Mendengar jawaban sahabatnya itu, sang Raja menjadi terperanjat sebab tak ada tuhan di negeri itu yang haru disembah dan dipatuhi kecuali tuhan Raja. Mengapa sahabatnya berkata demikian ?

”Apakah engkau percaya kepada tuhan selain aku ?” tanya sang Raja berusaha untuk mengetahui jawaban dari sahabatnya itu.

”Aku yakin ada Tuhan. Dia adalah Tuhanku dan Tuhanmu”

Sang Raja yang merasa dirinya sebagai tuhan, menjadi tersinggung mendengar jawaban seperti itu. Meskpun jawaban tersebut keluar dari mulut seorang sahabatnya. Orang tadi kemudian disiksa agar mau kembali kepada menyembah kepadanya. Namun orang tersebut tetap pada pendiriannya dan tetap pada keimanannya kepada Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

”Siapakah yang mengajarimu demikian !” bentak algojo. Sahabat raja yang malang itu merasa tak kuat menahan siksa dan takut untuk dihukum pancung, maka akhirnya ia mengaku bahwa seorang pemuda yang mengajarinya beriman.

Sang Pemuda dipanggil ke hadapan Raja.

”Hai anak muda, sihirmu telah melampaui batas sehingga dapat menyembuhkan orang buta dan belang. Kau memang hebat,” kata sang Raja.

Pemuda itu tersenyum seraya berkata , ”Sesungguhnya aku tidak memiliki ilmu sihir dan tidak mampu menyembuhkan penyakit yang diderita manusia. Tetapi hanya Allah yang menyembuhkan mereka. ”

”Siapakah Allah ?”

”Allah adalah Tuhanku dan Tuhan paduka juga,” jawab pemuda itu tanpa rasa takut.

Sang raja menjadi naik pitam. Pemuda itu diinterogasi dengan cara disiksa. Akhirnya dia mengaku bahwa yang menjadikan dirinya beriman adalah seorang pendeta.

Pendeta yang dimaksudkan kemudian dipanggil ke istana dan dipaksa untuk meninggalkan agamanya. Namun lelaki itu tetap teguh pendiriannya. Ia tak mau kafir dan menolak untuk menyembah raja sebagai tuhan.

Raja semakin jengkel. Pendeta itu diikat kedua tangan dan kakinya, lalu ditelentangkan di atas batu datar. Raja memerintahkan algojo untuk membawakan gergaji besar.selanjutnya tubuh pendeta dibelah dengan gergaji menjadi dua bagian. Si pemuda dan lelaki sahabat raja tersebut menyaksikan dengan cemas.

Giliran kedua adalah sahabat raja yang baru sembuh dari sakit buta. Ia pun dipaksa untuk meninggalkan keyakinannya dan kembali menyembah raja sebagai tuhan. Namun ia tetap teguh pendiriannya. Akhirnya, nasib sahabat raja itu sama seperti pendeta tersebut.

Giliran berikutnya adalah sang pemuda. Raja dan algojo memberi kesempatan agar pemuda itu meninggalkan agamanya dan berbalik menyembah raja sebagai tuhan. Namun pemuda itu tetap beriskukuh untuk mempertahankan keimanannya.

Dengan muka merah padam, sang Raja berdiri sambil berkata kepada pengawal, ”Hai Pengawal, ikat kedua tangannya dan seret ke atas bukit. Berilah kesempatan sekali lagi. Jika ia mau menyembahku sebagai tuhan, maka lepaskan. Namun jika jika ia berskeras dan berkepala batu, maka lemparkan dia dari atas bukit agar tubuhnya hancur ke dalam jurang!”

Pemuda beriman itu di bawa ke atas bukit. Sekarang hanya ada dua pilihan, menolak atau menurut pengawal. Namun hatinya bersikukuh tetap memegang teguh keimanannya. Diam-diam ia berdoa , ”Allahumma aqfiinihim bimaasyi’ta – Ya Allah, hindarkanlah aku dari bahaya mereka ini dari kehendakMu !”

Mendadak bukit menjadi berguncang. Terjadi gempa yang dahsyat. Para pengawal dan algojo terlempar ke jurang. Hanya pemuda itu yang selamat.

Pemuda kembali menghadap raja. Sang raja heran karena pemuda masih masih tampak segar bugar.

”Kamanakah pengawal dan Algojoku ? mengapa tidak kembali bersamamu ?” tanya sang raja.

”Mereka telah terlempar ke jurang. Allah melindungiku dari ancaman pengawal dan algojo,” jawab pemuda.

Raja semakin naik pitam. Ia memerintahkan agar pemuda itu dibuang saja ke laut jika masih menolak menyembahnya. Wal hasi, sang pemuda dibawa ke tengah laut. Dalam keadaaan kesulitan seperti itu, ia berdoa ”Allahumma aqfiinihim bimasyi’ta – Ya Allah, hindarkanlah aku dari bahaya mereka ini dari kehendakMu !”

Seketika itu perahu yang mereka tumpangi terbalik. Namun pemuda tersebut diselamatkan oleh Allah. Ia kembali lagi menghadap raja.

Dengan sangat heran, raja bertanya, ”kemanakah tentara dan algojoku ?”

”Mereka semua mati. Hanya aku yang diselamatkan Allah,” jawabnya.

Raja tampak bingung sekali, karena merasa berkali-kali hendak menghabisi pemuda itu namun selalu gagal.

Kata pemuda, ”Wahai raja, engkau tidak akan dapat membunuhku kecuali jika kau menuruti perintahku.”

”Apa perintahmu ?”

”Kalau kau menghendaki kematianku, maka kumpulkanlah seluruh rakyat di tanah lapang. Gantunglah diriku. Kemudian engkau siapkan anak panah yang sudah berada di busurnya. Selanjutnya bacalah Bismillahirobbil ghulaam – dengan nama Allah, Tuhannya anak muda. Pasti engkau berhasil membunuhku.”

Raja kemudian memerintahkan algojo untuk mempersiapkan proses hukuman mati. Sementara para pengawal lainnya memberi pengumuman kepada rakyat di negeri itu agar berbondong-bondong datang menyaksikan hukuman mati tersebut.

Pada saat yang ditentukan, semuanya sudah siap. Pemuda itu diikat di tiang salib. Sementara itu raja telah siap dengan panahnya yang segera melesat menembus dada pemuda itu.

Raja lalu membaca bismillahirrobbil ghulaam – dengan nama Allah, Tuhannya anak muda. Anak panah melesat dan menancap di tubuh pemuda. Maka tewaslah pemuda itu.

Orang-orang yang menyaksikan serentak meninggalkan tempat itu sambil berkata, ”Amannaa bi robbil ghulaam – kami percaya kepada Tuhannya anak muda.”

Pada saat bersamaan, semua orang beriman kepada Allah dan meninggalkan keimanannya kepada raja.

”Wahai Raja, apa yang kau khawatirkan kini terjadi. Seluruh rakyat beriman kepada Tuhan Allah, dan berpaling darimu,” Kata salah seorang penasihat raja.

Namun raja semakin marah. Diperintahkan para tentara untuk membuat parit dan diisi dengan bara api. Orang-orang dipaksa untuk kembali kepada agamanya semula dan meninggalkan keimanannya kepada Allah. Jika tidak patuh, mereka dimasukkan ke dalam parit yang apinya membara dan dibakar hidup-hidup. Wal hasil, banyak diantara mereka yang mati dengan cara mengenaskan.

Itulah ujian berupa kesulitan yang dialami oleh orang-orang beriman kepada Allah. Sesungguhnya ujian semacam itu laksana permadani yang disulam dari berbagai macam karunia Allah. Karena itu, barangsiapa yang ingin mendapatkan karunia Nya, maka ia harus duduk di atasnya dengan sabar dan tawakkal.

Perlu juga engkau ketahui bahwa ujian itu tidak semata-mata berupa ’kesedihan atau kesulitan’. Namun adakalanya ujian itu berupa ’kesenangan hidup’, misalnya kekayaan yang melimpah, jabatan yang menjulang tinggi, dan kehormatan yang hebat. ”Dan Kami akan uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan kepada Kami jua kalian kembali.” QS. Al Anbiya’ 35.

Dalam hadist qudsi diterangkan bahwa Allah berfirman, ”Wahai Musa, tidak aku dorong fakir miskin (meminta perlindungan) kepada orang-orang kaya, karena gudang-gudangKu sedah penuh bagi mereka, rahmatKu sudah tidak meliputi mereka. Akan tetapi telah Aku tetapkan sebagian harta yang ada pada orang-orang kaya untuk menghidupi fakir miskin. Aku ingin menguji orang-orang kaya bagaimana kegesitannya dalam melaksanakan hak fakir miskin yang ada pada mereka.”

”Wahai Musa, apabila mereka telah melaksanakan itu, pasti Kusempurnakan nikmatKu kepada mereka. Dan kulipatgandakan di dalam dunia satu kebaikan menjadi sepuluh lipat kebaikan. Wahai Musa, jadilah engkau gudang kekayaan bagi fakir miskin, benteng perlindungan bagi orang lemah, hujan nikmat bagi peminta perlindungan. Pasti aku akan menjadi teman dan kawanmu yang akrab dalam kesulitan, menjadi teman penghiburmu ketika engkau sedih, dan akan menjaga serta melindungimu siang maupun malam.”


Intisari Al Hikam Ibnu Athaillah – Abu Fajar Al Qalami

3 Comments

  1. desy putri said,

    August 22, 2008 at 8:24 am

    Assalamu’alaikum

    awalnya se numpang lewat
    tapi lama-kelamaan kok enak juga dibaca

    salam blogger!

  2. lilmessenger said,

    August 22, 2008 at 11:06 am

    waalaikumsalam warohmatullah

    🙂

  3. panji said,

    February 3, 2015 at 11:48 am

    Cerita akhirnya raja bagaimana…. gak jelas… hahahaah


Leave a comment